Awan Penggerak: Antara Harapan dan Tantangan dalam Pendidikan

Media sosial selalu menjadi tempat yang ramai untuk berbagai diskusi dan perdebatan. Belakangan ini, topik yang sedang hangat diperbincangkan adalah tentang konsep yang disebut "Awan Penggerak". Meskipun begitu, banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami apa sebenarnya awan penggerak ini, tetapi telah memberikan beragam komentar dan pendapat. Terlebih lagi, penggunaan awan penggerak dalam konteks pendidikan telah menjadi sorotan penting.

Menurut Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024, daerah tertinggal adalah daerah yang wilayahnya dan masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lainnya dalam skala nasional. Provinsi Papua Barat menjadi salah satu contohnya, dengan sebagian besar wilayahnya masuk dalam kategori daerah khusus. Tantangan pendidikan di daerah ini terlihat dari jumlah satuan pendidikan pelaksana Kurikulum Merdeka yang mandiri pada tahun 2022 dan penambahan pendaftar baru pada tahun 2023.

Melalui Program Guru Penggerak Angkatan 1-7 dan Program Sekolah Penggerak Angkatan 1-3, upaya meningkatkan kualitas pendidikan di daerah 3T dilakukan dengan berbagai strategi. Salah satunya adalah melalui enam pendekatan, termasuk belajar mandiri melalui Platform Merdeka Mengajar dan bekerja sama dengan mitra pembangunan untuk implementasi Kurikulum Merdeka. Namun, keterbatasan akses ke layanan digital dan internet menjadi kendala tersendiri bagi guru dan siswa di daerah 3T.

Di tengah tantangan tersebut, Balai Guru Penggerak Provinsi Papua Barat berupaya mempersiapkan model e-learning untuk mendukung implementasi pembelajaran era 4.0. Awan Penggerak menjadi strategi yang diusung, sebagai bentuk dukungan khusus untuk mempersiapkan pendidik dalam melakukan transformasi pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Meskipun awan penggerak menjanjikan solusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di daerah 3T, namun masih ada sejumlah tantangan yang harus diatasi. Keterbatasan akses digital dan infrastruktur menjadi hambatan utama yang perlu diselesaikan. Selain itu, pendidik juga perlu mendapatkan pelatihan dan dukungan yang memadai untuk memanfaatkan teknologi tersebut secara efektif.

Namun demikian, upaya yang dilakukan oleh Balai Guru Penggerak Provinsi Papua Barat merupakan langkah positif dalam menanggulangi masalah tersebut. Dengan mempersiapkan model e-learning yang sesuai dengan kebutuhan daerah 3T, diharapkan pendidikan di wilayah tersebut dapat mengalami perkembangan yang signifikan.

Dalam menghadapi revolusi industri 4.0, pendidikan harus terus beradaptasi dan berinovasi. Awan Penggerak menjadi salah satu wujud dari upaya tersebut, yang diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi peningkatan kualitas pendidikan, terutama di daerah-daerah terpencil dan tertinggal.

Oleh : Rina Indrawaty, S.Pd