Mohamad Rifqi Ramdani, S.Psi
Era globalisasi telah hadir mengubah kehidupan masyarakat di seluruh penjuru dunia. Kecanggihan teknologi, serta berkembangnya suatu negara diberbagai sektor merupakan salah satu peluang yang sangat pesat bagi kemajuan suatu negara. Seperti yang diungkapkan oleh Albrow dalam Maryati (2009), Globalisasi merupakan keseluruhan proses yang menjelaskan bahwa, penduduk dunia terinkorporasi (tergabung) dalam masyarakat dunia yang tunggal, masyarakat global. Proses perubahan pada penduduk yang termasuk kedalam komunitas tersebut secara global yang menjadi penyebab berubahnya komunitas tersebut pada keduanya. Salah satunya era digitalisasi yang saat ini tertanam luas di berbagai kehidupan manusia, guna mendapatkan informasi dengan cepat, fleksibel serta memudahkan akses para pengguna teknologi digital untuk mendapatkan cakupan dengan jangkauan yang luas. Era globalisasi saat ini membawa dampak positif dan negatif bagi kalangan remaja masa kini. Teknologi yang canggih serta cakupan yang luas dalam mengakses jaringan pranala (website), guna mendapatkan beberapa materi dan pembelajaran yang didapatkan dari berbagai situs, menjadi salah satu dasar utama bagi generasi muda mendapatkan informasi tersebut melalui sosial media ataupun sumber pustaka yang didapat melalui aplikasi ataupun sarana edukatif seperti perpustakaan.
Berdasarkan UU No. 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan menyebutkan bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Dengan demikian perpusatakaan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, untuk mencari referensi, ilmu dan juga kajian pustaka serta arsip-arsip penting untuk bekal dimasa depan. Perpustakana hadir untuk melayani masyarakat baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik dan lainnya, untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan akurat, bahkan bahan kajian pustaka penelitian ataupun karya ilmiah yang didapatkan dnegan mudah menggunakan akses digital. Dilansir dari laman perpusnas.go.id Perkembangan perpustakaan di era ini sangat cepat, sesuai dengan cirinya “Library is the growing organism” (perpustakaan merupakan organisasi yang berkembang). Awalmula pada jaman dahulu sebelum manusia mengenal era digitalisasi, semua dilakukan dengan manual, mulai dari mengirimkan surat dengan pos, mencari referensi dan informasi dari surat kabar, berbeda dengan saat ini begitu canggihnya dan mudahnya kita dapat mengakses dan mencari informasi melalui aplikasi ataupun alat elektronik yang digunakan seperti gawai, kojing (laptop) ataupun buku bacaan yang diakses daring (e-book) serta perpustakaan yang melayani dengan beragam alternatif, bagi para konsumen / pembaca dan peneliti.
Adanya perkembangan teknologi di era globalisasi, khususnya bagi perpustakaan dengan layanan digitalisasi ini mempermudah para pustakawan dan juga para konsumen dalam mencari kajian pustaka ataupun referensi dari layanan perpustakaan secara daring. Tujuan dari perpustakaan yaitu menyediakan kebutuhan informasi bagi penggunanya. Semua tergantung dari lembaga induk yang membawahinya, misalnya perpustakaan perguruan tinggi berarti perpustakaan tersebut harus menyediakan kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh seluruh civitas akademika di perguruan tinggi tersebut, atau perpustakaan sekolah yang tersebar diberbagai wilayah, untuk mendapatkan beberapa sumber materi dari setiap mata pelajaran bagi siswa dan guru untuk melaksanakan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di Sekolah. Menaggapi hal tersebut tentunya, keberadaan perpustakaan di era digitalisasi ini menjadi salah satu perkembangan yangs sangat pesat, dan tidak dapat dipungkiri, kehadirannya di lingkungan kehidupan manusai menjadi salah satu penyebab utama setiap masyarakat untuk mendapatkan referensi yang berlimpah.
Perlu diperhatikan pula dampak dari era digitalisasi saat ini, tidak hanya membawa dampak positif saja bagi lingkungan sekitar. Ada pula dampak negatif yang mengakibatkan keberadaan perpustakaan di Indonesia menjadi terancam, salah satunya ialah penggunaan sosial media serta teknologi yang tidak sesuai dengan penempatannya, sehingga dapat merusak citra perpustakaan bahkan dapat merusak pelayanan publik perpusatakaan dengan adanya retas dan peretas akun digital dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Adanya sosialisasi dan keamanan dalam menggunakan teknologi menjadi keselamatan utama bagi para pengguna media sosial dan serta teknologi digital dalam perpustakaan, khususnya dalam melayani publik. Selain itu adanya teknologi digital yang dapat dibawa kemanapun serta hampir seluruh masyarakat memiliki teknologi digital, sangat dikhawatirkan keberadaan perpustakaan yang terancam punah akibat kurangnya pengunjung yang datang untuk menjadi kajian pustaka, ataupun perpustakaan tersebut tidak terpakai dan terbengkalai begitu saja. Tantangan yang sangat besar dihadapi di era digitalisasi ini, khusunya dalam perkembangan perpustakaan tersebut adalah sumber daya manusia, yang memiliki beragam pola pikir, kebutuhan, serta urgensi perpustakaan dalam kehidupan masyarakat sekitar.
Menanggapi hal tersebut sebagai generasi milenial, khususnya generasi yang melek akan penggunaan teknologi digital, tentunya harus mampu menjadi pelopor utama dalam mengenalkan dan mengembangkan teknologi digital pada masyarakat, yang masih belum begitu melek literasi khususnya literasi digital. Sesuai yang diberitakan oleh UNESCO bahwa Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki tingkat literasi terendeh diantara negara lain. Hal tersebut merupakan suatu permasalahan yang sangat berdampak bagi sekitar. Saat ini digitalisasi merajalela dan menghasut seluruh pengguna teknologi digital dengan adanya sosial media, mayoritas masyarakat cenderung menggunakan teknologi digital, untuk pemuas nafsu, bahkan pamer dan membuat konten media sosial, ataupun sebatas nyir-nyir dan cerewet di sosial media. Literasi yang rendah, dan masyarakat cenderung lebih senang membaca pesan WhatsApp ataupun konten TikTok dan sosial media lainnya yang dianggap menarik dibandingkan membaca buku, ataupun membaca hal positif yang dapat mengedukasi, justru membuat keberadaan perpustakaan di era digitalisasi ini semakin sulit berkembang. Namun tidak dapat dipungkiri, dampak positif adanya teknologi digital untuk pelayanan perpustakaan secara fleksibel dapat mempermudah akses bagi para pengguna sosial media. Dengan adanya sosial media serta fitur aplikasi yang dapat diunduh melalui playstore ataupun appstore di perangkat masing-masing, masyarakat dapat dengan mudah mengakses perpustakaan yang dituju seperti mencari referensi untuk bahan pembelajaran, metode dan kurikulum ataupun kajian pustaka yang terdapat melalui aplikasi ataupun situs jejaring perpustakaan tersebut.
Adanya teknologi digital dalam pelayanan publik perpustakaan memiliki dampak tersendiri, tergantung bagaimana kita menyikapinya dalam menghadapi era digitalisasi tersebut. Dengan adanya era digitalisasi di lingkup perpustakaan, dapat diakses dengan mudah serta pelayanan publik semakin terorganisir. Misalnya perpustakaan nasional yang berada di Jakarta, merupakan perpustakaan terbesar yang ada di Indonesia, dan perpustakaan nasional bisa diakses dengan mudah melalui laman web ataupun aplikasi, bagi para pengguna yang ingin mencari buku ataupun kajian pustaka serta referensi penelitian yang diperlukan oleh setiap masing-masing individu. Hal tersebut dapat mempermudah pelayanan publik secara menyeluruh dengan sistem yang telah diatur. Masyarakat dapat mengakses dimanapun dan kapanpun, dan tentunya dapat membaca buku secara daring dari dokumen e-book yang telah disediakan oleh sistem perpusnas. Tidak hanya itu, adanya teknologi digital dalam melayani publik secara luring, juga dapat mempermudah para pustakawan untuk mengorganisir buku-buku dan para pengunjung untuk mencari referensi.
Menanggapi hal tersbeut tentunya sangat menarik dan menantang bagi masyarakat untuk dipelajari lebih lanjut lagi. Keberadaan perpustakaan di Indonesia, setiap daerahnya bahkan setiap wilayah, sangatlah penting bagi khalayak umum. Tidak hanya sebatas tempat untuk bersantai, bekerja, dan belajar, tapi perpustakaan hadir untuk menjawab semua keluh kesah, serta kebingungan masyarakat dengan membaca. Tanpa adanya minat untuk membaca maka akan sulit untuk dikaji lebih lanjut, serta tanpa adanya teknologi digital saat ini, maka dunia tidak bisa kita genggam dengan semudah itu untuk mendapatkan informasi dan riset keilmuan. Jadilah pengguna teknologi digital yang baik dan bijak, serta tingkatkan minat untuk membaca, karena tanpa membaca kita tidak akan bisa mengetahui hal-hal yang diluar dugaan bahkan hal yang penting untuk bekal masa depan. Tanpa ada perpustakaan tentunya akan terasa semakin sulit kita untuk mencari ilmu. Tanpa adanya era digital, tentunya kita tidak akan bisa mengembangkan potensi minat dan bakat serta negara kita, untuk indonesia emas. Jadilah pelopor dan unggul serta bijak dalam menggunakan teknologi digital, khususnya perkembangan perpustakaan di era digitalisasi ini.
Daftar Rujukan
Maryati. “Latar Belakang Pengertian Globalisasi Martin Albrow.” E-Journal: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Devega. (2022). TEKNOLOGI Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet di Medsos. Kementrian Komunikasi dan Informatika. Artikel berita sorotan media kominfo.
Wulandari,D. (2012). Jaringan Perpustakaan Digital di Indonesia: Hambatan dan Wacana Pengembangannya. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Jakarta: Majalah Edisi : Vol. 14 No. 1
Istiqomah, Z. (2014). Perpustakaan Di Era Keterbukaan Informasi: Sebuah Tantangan Yang Harus Dihadapi. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Jakarta:Vol. 16 No. 2 - Agustus 2014