Oleh Yanne Fitriane
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) telah mengeluarkan kebijakan tentang pengembangan Kurikulum Merdeka kepada satuan pendidikan. Dilansir dari www.kurikulum.kemdikbud.go.id, Kurikulum Merdeka dikembangkan dengan lebih fleksibel dan berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik. Salah satu karakteristik yang digunakan dalam kurikulum ini adalah pembelajaran berbasis proyek untuk mengembangkan soft skill dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila. Apa itu pelajar pancasila?
Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang terlahir dari jiwa dan karakteristik masyarakat Indonesia. Pendidikan Pancasila di sekolah dasar merupakan program pendidikan yang membina dan mengembangkan pendidikan berdasarkan nilai-nilai Pancasila, pelestarian nilai-nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa yang diharapkan dapat menjadi identitas yang tampak dalam bentuk perilaku di kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dalam pembentukan diri siswa yang beragam dari sisi agama, sosial, budaya, bahasa, etnis yang berfokus pada pendidikan warga negara, dengan memahami dan menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang berkarakter, cerdas, dan terampil. Adapun tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan, yakni membentuk karakter dan membimbing peserta didik berpikir kritis, analitis, berperilaku demokratis yang sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Keenam dimensi profil pelajar pancasila harus diperlakukan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Jika dimensi dihilangkan, maka tidak ada artinya. Indonesia memiliki banyak agama yang dianut oleh masyarakat. Islam, Kristen, Hindu, Budha, Katolik, dan Kong Hu Chu.Semua anak bebas menganut agama yang diyakininya. Anak-anak juga berhak untuk menjalankan agama yang dianutnya tersebut. Pada dasarnya, semua agama memiliki ajaran yang kurang lebih sama. Semuanya memiliki ajaran yang baik, oleh karena itu anak didik sebaiknya dididik untuk menjadi religius. Anak harus memahami ajaran agama yang baik. Ajaran agama ini digunakan sebagai suatu fondasi anak dalam melakukan berbagai interaksi dengan orang lain. Dimensi lain dalam pembelajaran pendidikan pancasila yang sering dilakukan adalah penumbuhkembangan semangat gotong royong dalam proses pembelajaran, dapat dilakukan dengan kegiatan kerja berkelompok yang diakhiri dengan melakukan presentasi. Sebelumnya guru memberikan LKPD yang harus dikerjakan oleh peserta didik secara berkelompok, peserta didik ditantang untuk bernalar kritis , nilai kreativitas juga penting sebab kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Anak harus menghadapi apa pun yang ada di depannya. Mereka harus melakukan berbagai cara untuk menempuh tujuannya, kreativitas yang diasah sejak kecil akan terbawa olehnya hingga dewasa. Nilai yang selanjutnya adalah kemandirian, di akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi. Mandiri menandakan anak tak bergantung pada orang lain. Sifat yang satu ini penting dalam beberapa keadaan. Dalam beberapa momen, manusia tidak bisa mengandalkan orang lain.
Pendidikan Pancasila tidak hanya dipahami namun juga harus diterapkan pada kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, sehingga pelajar pancasila bisa terwujud.
Daftar pustaka
www.kurikulum.kemdikbud.go.id
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/profil-pelajar-pancasila