Oleh Agus Saepul Rahman, S.Pd
Pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan. Ada yang bilang bahwa masa ini adalah masa emas sehingga ‘apa yang mereka lihat menjadi apa yang mereka lakukan’ apabila tanpa bimbingan yang terarah dan terpadu dari orang tua dan guru, perkembangan anak akan mengarah pada sisi negatif. Perlu adanya pengalaman yang baik bagi anak atau peserta didik pada abad 21 ini, dimana kemajuan teknologi dan informasi semakin mudah namun anak-anak belum tentu dapat memilih dan memilah jika tak terarah.
Disadur dari jurnal tentang Pendidikan islam oleh Saidur Ridlo Pada abad ke-21 ini kita dihadapkan dengan teknologi yang canggih dalam kegiatan dan aktivitas yang kita lakukan. Masa ini memiliki ruangan yang tidak terbatas dan terjadinya kemajuan dalam sains-technology sehingga memberikan kesempatan dalam berbagai bidang untuk dapat berkembang dan maju. Sesuai dengan kualitas yang diberikan pada abad ini, ilmu pengetahuan menuntut masyarakat untuk dapat mencari jalan keluar atas permasalahan yang dihadapi. Hal ini memberikan kesempatan untuk dapat tumbuh dan berkembang dalam dunia digital sehingga dalam pola kehidupannya akan berhubungan dengan informasi dan teknologi.
Perkembangan pendidikan di abad ke-21 ini memberikan perubahan dalam sosiologis-psykologis masyarakat, maka pendidikan harus melakukan revolusi untuk menuntut cara-cara baru dalam penguasaan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran. ada tiga unsur proses belajar yang asing di dalam budaya lama, yaitu: interaktif, partisipatif, dan diskursus. Oleh karena itu, perlu pola baru pembelajaran yang terbentuk akan memudahkan peserta didik dan guru. Diharapkan pesera didik lebih termotivasi, berpikir dinamis, kreatif, inovatif dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Pembelajaran dengan teknologi internet menjadikan peserta didik lebih aktif, peserta didik dapat berinteraksi langsung dengan sesama pembelajar, maupun dengan pakar-pakar di bidangnya.
Pendidikan abad ini khususnya Pendidikan islam memiliki peran yang penting sehingga akan berhubungan dengan peserta didik dengan akhlak yang baik. Pendidikan dalam pengelola akhlak ini akan memberikan pendidikan yang baik bagi peserta didik, karena berhubungan dengan akhlak, teknologi rupanya menjadi tantangan orang tua di abad ini. Rasulullah ﷺ mengatakan “ajarilah anak-anak untuk hidup dijamannya” Siapa yang mampu mengembangkan diri dengan pola kehidupan sekarang ini, maka dialah yang akan berhasil melakukan pendidikan agama yang sempurna bagi anak plus pengawasaanya. Sebaliknya, siapa yang tertinggal maka dialah yang akan mendapatkan kegagalan dalam mengawasi tumbuh kembang anaknya.
Pendidikan islam tidak hanya melalui pembelajaran agama islam di kelas semata, melainkan memberikan teladan adalah hal yang utama. Pembiasaan untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan tuntunan agama adalah pokok penting dalam penanaman karakter sebagai pelajar Pancasila. Program Pendidikan islam harus berkolaborasi antara sekolah dan orangtua agar tercapainya tujuan bersama. Sekolah dapat memfasilitasi perserta didiknya dengan memberikan pembinaan mental islam dengan berbagai metode yang terkini. Menonton video yang menjadi tuntunan, membaca biografi penemu sains yang pada asalnya semua berasal dari ilmuwan islam. Selain itu praktik langsung dan pembiasaan untuk melakukan sesuai dengan tuntunan agama. Orangtua di rumah pun berkolaborasi sebagai teladan di rumah sebagai konsistensi penerapan Pendidikan islam di abad ini.
Walaupun tidak semua sekolah berlabel islam, bukan berarti sekolah-sekolah pada umumnya tidak menerapkan Pendidikan islam. Karena dengan menerapkan Pendidikan islam khususnya disekolah berarti mengajarakan pelajaran akhlak yang membentuk karakter sesuai dengan pelajar Pancasila. Begitupun dengan orangtua yang bercita-cita ingin memiliki anak mempunyai citra tanpa bimbingan islam semunya akan sia-sia.