Oleh : Halimah Tusyadiah, S.Pd
Abad 21 erat kaitannya dengan Era digital atau digitalilsasi. Bagaimana tidak? di era ini semua telah menerapkan digitilasasi, mulai dari marketplace, public transportation, dan tentunya pendidikan pun semua sudah menerapkan sistem digitalisasi, berbagai macam sumber belajar digital kita gunakan sebagai media pembelajaran termasuk media sosial. Tetapi apakah pembentukan karakter bagi anak didik kita akan dibiarkan begitu saja? Tentu saja tidak.
Pemikiran filosofis dari Ki Hajar Dewantara sangat relevan untuk diterapkan pada dunia pendidikan saat ini. Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai manusia maupun masyarakat. Ki Hajar Dewantara juga mengemukakan bahwa dalam proses menuntun, anak perlu diberikan kebebasan dalam belajar serta berpikir, dituntun oleh pendidik agar mereka tidak kehilangan arah serta dan selamat dari hal-hal yang dapat membahayakan dirinya.
Pembentukan karakter sangatlah penting, terlebih di abad 21 ini seluruh lingkup kehidupan telah menerapkan digitalisasi. Berbagai macam informasi kita dapatkan melalui media-media digital, dan kita tidak pernah tahu apa yang anak didik kita ambil dari setiap informasi yang ada ditiap-tiap media sosial, inilah saatnya kita sebagai pendidik membentuk karakter anak didik kita melalui profil pelajar pancasila. Hal ini menjadi penting sebagai pondasi anak didik kita dalam menghadapi era digital seperti sekarang ini.
Perlu kita ketahui bahwa profil pelajar pancasila terdiri dari 6 (enam) karakter, pertama Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, pelajar Indonesia penting memiliki keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan memiliki keimanan tentunya pelajar Indonesia akan tetunya akan tertanam nilai=nilai religius sebagai pondasi mengahadapi pendidikan di era digitalisasi ini.
Kedua, berkebhinekaan global, membangun pelajar Indonesia yang dapat mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya sebagai pelajar Indonesia. Diharapkan dengan profil kebhinekaan global ini, anak didik kita dapat terbuka dalam berinteraksi dengan budaya luar, mereka dapat memepertahankan identitasnya dan mempertahankan budaya luhur terlebih dapat mengangkat budaya Indonesia ditengah semaraknya budaya asing yang masuk ke negara Indonesia di Era digital ini.
Ketiga, Gotong royong, menanamkan kemampuan gotong royong perlu kita ajarkan sedari dini, diharapakan anak didik kita memiliki kemampuan berkegiatan secara bersama-sama, bekerja dalam tim dengan tujuan yang sama sehingga setiap kegiatan akan berjalan dengan baik dengan hasil yang baik pula, setiap pelajar perlu berkolabiorasi mengumpulkan banyak ide, menumbuhkan kepedulian terhadap sesame, untuk akhirnya dapat kita bagikan baik ilmu maupun produk yang dihasilkan nantinya.
Keempat, Mandiri, membentuk anak didik kita menjadi pelajar yang mandiri, bertanggungjawab atas proses belajar juga hasil belajarnya, kemandirian menjadi kunci utama seorang pelajar berproses menjadi pelajar berkarakter, hal ini penting agar setiap pelajar memiliki kesadaran diri terhadap berbagai situasi yang akan dihadapi serta dapat meregulasi diri.
Kelima, Bernalar kritis, pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik secara kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan setiap informasi, berpendapat dan menemukan gagasan atau ide pokok dari setiap informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkan informasi yang didapat, dengan menanamkan literasi diharapkan kita sebagai pendidik dapat mengembangkan daya nalar pelajar kita agar lebih kritis dan menegmebangkan informasi menjadi ide-ide baru dalam proses belajarnya yang pada akhirnya anak didik kita dapat memutuskan suatu keputusan untuk kehidupannya baik sekarang maupun dimasa yang akan datang.
Keenam, Kreatif, menumbuhkan dan membentuk pelajar yang memiliki kemampuan kreatif, dalam hal ini mampu memodifikasi, mengembangkan ide-ide baru dalam materi yang diberikan guru, mengahasilkan suatu produk maupun ide dan pendapat yang orisinal, bermakna, bermanfaat juga berdampak baik bagi orang-orang disekitarnya.
Dalam membentuk karakter peserta didik ini, tentu bukan hanya tugas pelajar saja, diperlukan adanya peran pendidik serta orangtua yang dapat membangun karakter dari peserta didik kita. Pendidik perlu memberikan keleluasaan terhadap peserta didik untuk dapat secara aktif mengekplorasikan isu-isu aktual di era digital ini, berkolaborasi, berinovasi dan menjadi ide yang mendukung pengembangan karakter dan penguatan profil pelajar Pancasila ini.
Mari bangun karakter peserta didik kita, dengan menuntun, mendampingi peserta didik kita, agar menjadi peserta didik yang berkarakter menjadi pelajar Pancasila.